Minggu, 29 Desember 2019

Derita Sang Perantau

Sebenarnya aku pribadi tipikal anak manja yang sangat tidak bisa tertinggal dengan ayah. 

Semua bermula dari kenekatan, suatu waktu aku kerja di salah satu perusahaan yang cukup besar dan lumayan lama. Dengan rutinitas seperti itu dilakukan setiap hari aku merasa sangat membosankan, hari hariku diisi dengan berbagai tekanan dan candaan yang memang terulang spt itu. 

Sampai satu titik aku bertemu seseorang yang sedikit banyak aku bisa belajar darinya. Ya! Jadi anak rantau tanpa persiapan hanya modal kenekatan. Itu kenapa aku memberanikan diri untuk merantau ke Bandung. 

Banyak pro dan kontra yang tercipta dari keluarga terutama. Kenapa? Karna dari keluarga kami tidak ada yg berani lakukan itu. Menurut mereka perantau yang sukses adalah perantau yang ke Jakarta bukan sebaliknya. Maka itu aku ingin menghancurkan presepsi beberapa orang yang meyakini itu. 

Semenjak jadi perantau aku mulai belajar bagaimana rasanya bersyukur di setiap kekurangan dan bagaimana berusaha ketika semua orang tidak ada untukku. 

Satu contoh pengalaman ku pribadi ketika harus mencari pekerjaan dan memulai semua dari nol di tempat yang memang bukan asalku sendiri, aku sama sekali tidak pernah tau nama jalan apa saja dan kemana saja arahnya. 

Kemudian bagaimana aku harus menghitung budget agar bisa tercukupi selama satu bulan tanpa merengek kembali ke orang tua.

Serta aku belajar bagaimana harus tetap punya energi untuk sekedar membereskan rumah sendiri tanpa adanya bantuan sama sekali. Dan kesulitan membeli makan karna jauh dari tempat perbelanjaan.

Aku sangat mengapresiasi mereka yang sudah lebih dulu menjadi perantau dan berhasil. Keberhasilan utama dari seorang perantau adalah bukan 'kau punya apa setelah jauh dari rumah' tapi 'kau bisa apa setelah hidup sendiri'.

Meskipun banyak dari kami yang memiliki pemikiran bahwa anak rantau harus sukses, harus kaya, harus lebih dari pemikiran orang. Menurutku bukan itu yang utama. Melainkan satu hal diatas 
'kau bisa apa setelah hidup sendiri'.
Ku rasa begitu.

Rabu, 25 Desember 2019

Married By Accident

Saat ini sedang marak di kalangan remaja married by accident alias hamil diluar nikah. 
Karna pergaulan yg sudah sangat bebas itu banyak lah remaja remaja yang menikmati sex bebas alias sex sebelum menikah. 

Ada pasangan yang malu dan bingung mau melakukan apa setelah itu terjadi. 
Ada juga pasangan yang justru membiarkan itu terjadi. Karna menurut mereka hidup bersama memiliki anak tanpa pernikahan sudah cukup. 
Tapi presepsi tersebut tentu tidak bisa di terima di negara ini. 

Bagaimana dengan pasangan yang malu dan bingung mau melakukan apa.
Dari hasil survey ku ke lingkungan sekitar, mereka yang malu merasa menyesal melakukan hal tersebut tak jarang dari mereka lebih memilih untuk menggugurkan kandungan dan menjalankan hubungan kembali, tidak menutup kemungkinan hal tsb akan terus terulang. 

Ketahuilah kalian terutama wanita, aku pribadi pernah membaca efek dari aborsi. Ialah akan terjadi kecacatan di anak selanjutnya. Betapa menyeramkan bukan?

Namun kembali lagi ku sebutkan di masa sekarang ini kebanyakan remaja lebih memilih egonya dibanding apapun yg terjadi setelahnya. 
So, coba tela'ah kembali dan di fikir ulang bagaimana nanti ketika kalian menjadi orang tua dari anak hasil MBA. 

Dimana menurut agama ku ( Islam ) anak hasil MBA tidak diperboleh kan untuk menggunakan nama ayahnya dalam segala hal dan efek lain yang lebih memalukan, karna sang ayah bukan ayah kandungnya menurut agama ku ( mohon perbaiki jika ku salah ) 

Betapa menyedihkan dan memalukan nasib sang anak nantinya. Ketika anak anak normal diluar sana bisa hidup selayaknya anak anak lain. Anakmu ( anak MBA ) harus sedikit berbeda dari yang lain. 

Jika aku boleh berikan saran, jadilah pemikir yang cerdas ketika ingin melakukan.
Jadilah penikmat masa muda yang positif. 

( Bukan berati muda ku tak pernah nakal ) alangkah lebih baik pikirkan dan berhenti sebelum terlalu jauh. 

Semoga selalu terjaga dari hal hal buruk guys. Happy for you all.

Jumat, 20 Desember 2019

Karir Seorang Karyawan

Aku mau share sedikit tentang karirku dan bagaimana bisa bertahan 

Pertanyaan tentang "kamu kerja dimana?" Itu sudah menjadi hal yg lumrah ketika kita sudah lulus sekolah atau kuliah.
Usia ku saat ini 23th, karirku bermula di usia 18th. 
Aku memang tidak langsung lanjut kuliah karna ada beberapa faktor. Salah satunya alasan terkuat ku bekerja adalah 'aku ingin membuktikan ke orang tua kalau aku bisa punya uang sendiri' 

Karirku bermula menjadi seorang 'RECEPTIONIST'  disalah satu perusahaan swasta. Kalian mungkin tau seorang receptionist sangat sering di rendahkan oleh karyawan lain, yap. Itu hampir benar. 

Namun saat itu aku sangat dihargai dan disama ratakan dengan karyawan lain. Pada dasarnya apapun pekerjaan atau jabatan tergantung bagaimana kita bersikap. Ya! Aku dan partnerku bisa di bilang karyawan yang sangat amat dimanja. 
Apapun fasilitas dan apapun yg kami mau selalu diberikan atasan kami itu semua karna kinerja dan sikap kami. Sampai pada di satu titik,
Aku 'naik jabatan' menjadi seorang HR STAFF diperusahaan yang sama. 

Aku terlena dengan semua yang aku punya dan dapatkan. Alhasil aku lupa kalau hidup pasti ada turun naiknya. Setelah 1th bekerja divisi kami terkena masalah yang cukup berat dan harus di bubarkan paksa alias dikeluarkan 1 per 1. Saat itu rasa campur aduk ada di benakku. 
'Aku harus apa' 'harus bermula dari mana lagi' 'kerja apa?' 

Berjalan waktu aku memutuskan utk kuliah komunikasi disalah satu sekolah tinggi swasta. Sambil kuliah aku tetap mencari pekerjaan dan aku menjadi seorang karyawan kembali.

Mungkin diantara kalian ada yang tau RAMAYANA DEPT STORE? Dan diantara kalian mungkin pernah datang ke event mereka?
Aku salah satu team yang membantu event itu berjalan. Ya! Aku sebagai 'SOCIAL MEDIA' disana
Banyak pembelajaran yang ku terima mulai dari bagaimana strategi untuk menarik minat customer sampai terjun langsung ke event yang mereka buat. Lumayan cukup nyaman. Tapi itu bukan passion ku. Tak lama berselang aku memutuskan untuk pindah. 

Aku kembali menjadi seorang  HR namun lebih specialis di HR RECRUITMENT & ADMINISTRATION di salah satu perusahaan swasta. Banyak sekali pembelajaran di perusahaan ini. Dari mulai bagaimana cara terbaik melayani tanpa memanjakan karyawan, bagaimana bisa memenuhi fasilitas tanpa merugikan satu sama yang lain sampai proses recruitment yg ku kira mudah ternyata lumayan detail ketika sudah terjun langsung, dan yang terakhir bagaimana bisa berkomunikasi dan memenuhi kebutuhan Owner langsung tanpa adanya kesalahan. 

Semua tidak mudah bukan juga sulit untuk di kerjakan. 
Tips ku dalam menjalankan semua cukup sederhana.

Hanya dengan kejujuran dan ketelitian semua akan berjalan sampai tujuan. 

Kalau saat ini banyak pertanyaan tentang "sekarang kerja dimana kok di Bandung?" Atau "Kok lokasi di BANDUNG, kerja apa disana?"

Jawabku simple 'kerjaku duduk didepan laptop dengan waktu dan tempat yang bisa ku tentukan sendiri' silahkan kalian simpulkan sendiri 👅

Ku rasa menjadi karyawan cukup sampai usia 23th. Karna diluar sana masih banyak tantangan yang lebih menghasilkan. Dari sekedar duduk di belakang meja kantor. ( beda cerita dengan penawaran jabatan yg lebih tinggi ) 😆

Itu dariku kalau kalian tidak suka, boleh di skip 😜 ambil pembelajarannya. Hilangkan yang buruknya. Semoga selalu di berkahi Tuhan. 

-Ria Purhanifah.

Rabu, 04 Desember 2019

Hidup

Selalu ada jalan untuk setiap kesulitan, bukan?

Kau tau semua yang sudah terjadi pasti sudah direncanakan.
Bahkan kertas yang jatuh dari atas meja pun sudah direncanakan.

Percayalah, kau yang selalu menangis di hadapannya bukan berarti kau lemah. Bukan pula kau tak kuat dengan apa yang terjadi.
Pengalamanku jauh lebih sedikit dari manusia lain diluar sana, yang mungkin lebih pahit hidupnya. Lebih berat masalahnya, bahkan lebih sakit hatinya.

Kau akan bisa menghargai sesuatu ketika sudah tidak ada dihadapanmu.
Kau akan bisa merindukan seseorang ketika sudah jauh darinya.
Terkadang yang kau anggap segalanya baik, tidak semudah itu berjalan tanpa hambatan.
Dan yang kau anggap itu berat, tidak sesulit apa yang ada di bayangan.

Semua bisa kau serahkan kepada yang punya rencana, yang punya hidup, dan yang punya dirimu.

Pasrahkan saja. Disampingnya selalu di dampingi dengan yang disebut doa.
Kembali ke bait pertama " Selalu ada jalan untuk setiap kesulitan, bukan? "

Dari aku yang masih belajar tentang hidup yang sesungguhnya.
Untuk kamu yang mungkin bisa memberiku pembelajaran tentang hidup yang sebenarnya.