Sebenarnya aku pribadi tipikal anak manja yang sangat tidak bisa tertinggal dengan ayah.
Semua bermula dari kenekatan, suatu waktu aku kerja di salah satu perusahaan yang cukup besar dan lumayan lama. Dengan rutinitas seperti itu dilakukan setiap hari aku merasa sangat membosankan, hari hariku diisi dengan berbagai tekanan dan candaan yang memang terulang spt itu.
Sampai satu titik aku bertemu seseorang yang sedikit banyak aku bisa belajar darinya. Ya! Jadi anak rantau tanpa persiapan hanya modal kenekatan. Itu kenapa aku memberanikan diri untuk merantau ke Bandung.
Banyak pro dan kontra yang tercipta dari keluarga terutama. Kenapa? Karna dari keluarga kami tidak ada yg berani lakukan itu. Menurut mereka perantau yang sukses adalah perantau yang ke Jakarta bukan sebaliknya. Maka itu aku ingin menghancurkan presepsi beberapa orang yang meyakini itu.
Semenjak jadi perantau aku mulai belajar bagaimana rasanya bersyukur di setiap kekurangan dan bagaimana berusaha ketika semua orang tidak ada untukku.
Satu contoh pengalaman ku pribadi ketika harus mencari pekerjaan dan memulai semua dari nol di tempat yang memang bukan asalku sendiri, aku sama sekali tidak pernah tau nama jalan apa saja dan kemana saja arahnya.
Kemudian bagaimana aku harus menghitung budget agar bisa tercukupi selama satu bulan tanpa merengek kembali ke orang tua.
Serta aku belajar bagaimana harus tetap punya energi untuk sekedar membereskan rumah sendiri tanpa adanya bantuan sama sekali. Dan kesulitan membeli makan karna jauh dari tempat perbelanjaan.
Aku sangat mengapresiasi mereka yang sudah lebih dulu menjadi perantau dan berhasil. Keberhasilan utama dari seorang perantau adalah bukan 'kau punya apa setelah jauh dari rumah' tapi 'kau bisa apa setelah hidup sendiri'.
Meskipun banyak dari kami yang memiliki pemikiran bahwa anak rantau harus sukses, harus kaya, harus lebih dari pemikiran orang. Menurutku bukan itu yang utama. Melainkan satu hal diatas
'kau bisa apa setelah hidup sendiri'.
Ku rasa begitu.