Senin, 23 September 2019

Kamu

Hey abdul rizki, kali ini ceritaku tentang kamu.
Laki laki muda dengan pemikiran panjang untuk masa depan.
Awalnya aku tidak yakin denganmu, mana mungkin aku yang biasanya keras kepala bisa terima kamu yang begitu penyabar,  mana mungkin aku yang biasanya selalu ingin dimengerti bisa terima kamu yang harus ku mengerti.

Aku tak pernah membayangkan sejauh ini, anak manja seperti kamu bisa meyakinkan sebegitu kuat untuk tetap bertahan sekalipun banyak sekali yang tidak sesuai harapan.
Kau pernah bilang 'kau tak pernah menjanjikan kita bersatu' dan kau pun juga bilang 'ketika nanti ada yang lain selain kamu, untuk datang memaui ku. Silahkan saja' sayangnya rasa ku lebih besar dari sekedar meninggalkan.

Aku ingin menikmati fase jatuh bangunmu.
Aku ingin menjadi wanita pertama yang kau lihat ketika ingin tidur dan bangunmu.
Aku ingin menjadi tempat kau berbagi tentang bagaimana pekerjaanmu dihari itu.
Aku ingin menjadi wanita yang selalu siap menunggumu pulang dan mengantarkanmu pergi.
Dan yang paling utama aku ingin kamu yang berada di saf depan ku untuk berterimakasih padaNya.

Mungkin terlalu naif dan tak mudah untuk dijalankan. Fase itu masih panjang, karna semua baru dimulai. Semoga yang diingin inginkan bukan sekedar diangan angankan.

Dari aku, yang bukan "pacarmu".

Selasa, 10 September 2019

LDR Ku

Kita selalu butuh jeda untuk bisa merasakan orang itu penting.
Bagi sebagian orang berpendapat, untuk dapatkan dia kau harus tau rasa nya tanpa berdamping.
Kau harus bisa merasakan hidup sendiri, semua hal yang biasa kau lakukan dengannya, harus bisa dilakukan sendiri. Dari sana kau akan tau betapa pentingnya orang itu di hidupmu.
Normally pendapat itu bisa dilakukan untuk pasangan yang memang kedua nya bersamaan setiap harinya agar lebih menghargai satu sama lain.

Lalu bagaimana untuk pasangan hubungan jarak jauh atau LDR ? 
Just for share kurang lebih 7 Bulan jalani hubungan jarak jauh, semakin lama semakin tau gimana karakter masing masing dan apa hal yang disukai dari diri pasangan.
Singkat cerita, banyak yang bilang "LDR sama dengan terpenjara oleh rindu" aku tidak bilang itu salah. Bagaimana tidak, untuk tatap butuh perantara yang dinamakan teknologi, untuk temu butuh waktu panjang dalam menunggu.

Perubahan sikap, sifat,  pasangan sepenuhnya bukan kamu yang tau pertama kali. Melainkan lingkungan terdekatnya yang dia temui setiap hari. Bahkan 'kabar' yang dia beri belum tentu benar saat itu terjadi, siapa yang tau ketika pasanganmu sibuk dan baru bisa menghubungi satu jam setelahnya? Siapa yang bisa menjamin ketika mafia cinta diluar sana lebih baik dari mu? Tidak ada.

Dari sanalah komunikasi dan fondasi hubungan diperlukan, sejauh mana kamu bisa percaya dengan pasanganmu sedang jarak kalian lebih jauh? Terlalu naif kalau bilang "percaya saja kalau dia bukan untukmu dia pasti akan pergi, begitu sebaliknya" atau "percayaku penuh karna dia tidak mungkin mendua" sekali lagi ku bilang itu tidak salah, tapi disisi lain kekhawatiran itu pasti ada.

Menurutku, LDR ku akan lebih berkelas ketika pasangan itu bersedia memperkenalkan lingkungannya, temannya, dan kebiasaannya. LDR ku akan lebih ringan ketika satu sama lain tau apa yg harus di prioritaskan ( aku tidak memintamu untuk 'selalu' menjadikanku priotitas disini ). LDR ku akan lebih tenang ketika kejujuran adalah yang utama. Dan LDR ku akan lebih nyaman ketika bahagia serta duka dibagikan berdua.

Dibalik semua sertakan Tuhan diatas segalanya.
Itu menurutku kalau kamu tidak suka, silahkan berpendapat sendiri.