Rabu, 22 Januari 2020

Jika Ku Cintai Suamimu

Berbicara tentang mencintai suami orang, setelah kegagalan pernikahan dengan abdi negara itu aku merasa lebih sensitif kalau mendengar tentang mencintai suami orang. Kenapa? Hubungannya apa?
Jelas ada, setelah kejadian itu banyak yg berpendapat bahwa aku masih mencintai dia yang saat ini sudah menjadi suami orang. Padahal nyatanya untuk tau bagaimana keadaannya saat ini saja berfikir seribu kali. Karena buatku semua yang sudah menjadi milik orang lain sudah bukan menjadi hak ku kembali, jadi untuk apa.

Terkadang cinta memang seindah itu, cinta memang semenarik itu dan semembutakan itu. 
Terkadang nyaman tidak bisa dilihat dari background siapa orang yang buat kita nyaman atau bagaimana statusnya. 
Aku tidak meyalahkan, kembali lagi ke pribadi masing - masing tentang kepada siapa ingin menetapkan hati. Alangkah lebih baik jika menetapkan hati kepada dia yang memang benar benar siap tidak membagi hati atau sedang sendiri. 

Kalau kalian tetap teguh ingin mencintai suami orang ( pasangan orang lain ) coba di fikir bagaimana perasaan istrinya, bagaimana jika tukar posisi menjadi istrinya. Sakit kah? Jika iya jangan coba coba. Sebelum semuanya menjadi terlanjur. Lebih baik mundur. Itu menurutku.

Karena rasanya ketika orang yang sudah menjadi milik kita diambil itu seperti kehilangan setengah bagian dari diri. Kau tau sebutan "hidup segan mati tak mau" seperti itu kurang lebih. 
Sudahlah tidak usah menjadi penghalang kebahagiaan, meskipun katanya "laki laki boleh menikah lebih dari satu" tetap lebih terhormat jika kita sebagai perempuan dapatkan laki laki yang setia alias belum punyai istri.

Ini hanya menurutku, jika kalian sudah terlanjur 'kejebur' dalam lingkaran cinta segitiga. Selamat menikmati, tapi percayalah semua sebab pasti ada akibat. Dan semua perbuatan pasti ada balasan. Hati hati wanita-wanitaku.

Senin, 13 Januari 2020

Ini Salahku

Langkah awal aku memutuskan untuk singgah ke kota orang alias merantau sebenarnya termotivasi atas dasar cinta. 
Salahku, terlalu mempercayai bahwa kekuatan cinta membuatku bahagia sepenuhnya. Salahku, karna terlalu yakin dengannya semua akan berakhir bahagia. 
Salahku, sebagai seorang perempuan selalu menggunakan hati tanpa tau reality.

Kau tau? Rasanya seperti terjebloskan ke jurang yang dalam sehingga sulit keluar dari semua.
Aku mencintainya, itu benar. Namun cinta pula yang membawaku ke hal yang membingungkan. 
Aku ingin sekali meninggalkan nya, sangat amat ingin pergi darinya. Lagi lagi logika dan hati tidak seimbang. 
Bisa di bayangkan bagaimana rasanya jadi seseorang yang kegiatannya lebih banyak di habiskan untuk menunggu kabar dan menunggunya pulang. Bukan berati kegiatanku tak banyak. Sayangnya kehawatiranku lebih banyak dari itu.

Sekali lagi salahku yang terlalu berangan bahwa bersamanya akan berakhir bahagia. 
Bukan ku tak menerimanya, aku hanya lebih menyesalkan apa yang sudah ku ambil. 
Ini bukan salahnya, dia hanya menjalankan apa yang menurutnya baik dan apa yang sudah menjadi impiannya.
Aku pun bukan menjadi tanggung jawabnya, aku masih sebagai "teman dekatnya" bukan "teman hidupnya".

Seperti ingin tapi tak mampu, seperti bertahan tapi tak teryakinkan. Hati kecilku ingin sekali bersamanya merangkai semua hal yang diimpikannya dari awal, aku ingin sekali menjadi tempat pertama saat lelahnya hadir. Aku pun ingin menjadi bagian dari sulitnya, sayangnya aku dan dia sama sama memiliki ego yang tinggi terutama aku. 
Aku yang tak bisa berbagi perhatian dengan hal yang dia lakukan, aku yang tak bisa menerima perginya ketika waktunya bekerja. Cukup! aku tau itu terlalu kekanakan. 
Tapi wajarkan saja jika jenuh sudah memuncak dan sabar sudah mulai menipis. 

Aku tau seharusnya aku dan dia mempersiapkan diri sebelum akhirnya benar benar hidup bersama dalam rumah tangga. Aku sadar sejauh ini egoku selalu ingin diperhatikan terlalu tinggi, sehingga aku lupa bahwa dia juga membutuhkanku setidaknya untuk berbagi cerita bagaimana kepenatannya di hari ini. Atau bahkan bagaimana kebahagiaannya dihari ini. 

Sudahlah, saat ini ku hanya menunggu apalagi tebakan Tuhan yang akan terjadi di luar nalarku. Ntah aku akan kembali keasalku dan dia melanjutkan semua tanpaku. 
Atau aku bertahan disini bersama semua yang ada dengan kekuatan tambahan yaNg diberikan Tuhan untuk melanjutkan. 
Percayalah semua yang terjadi sudah di kehendaki-Nya dan begitu tidak terduga duga. 

Sabtu, 11 Januari 2020

Mencintai Sesama Jenis

Berbicara tentang 'mencintai sesama jenis'. 
Aku tidak berani berkomentar banyak tentang hal ini. Jujur saja yang ku tau tentang hal ini hanya sekedarnya namun secara garis besar 'mencintai sesama jenis' sangat cukup tidak di terima di Indonesia. Karna salah satu penyebab penyakit seks terbesar berasal dari sana. 

Aku tertarik membahas hal ini, karna salah satu lingkunganku berpengalaman seperti ini. 
Apa sebabnya mereka seperti itu?
Apa yang mereka rasakan saat bersama?
Bagaimana cara memberhentikan?

Dari hasil surveyku tentang hubungan sesama jenis kebanyakan berasal dari mereka yang "kurang perhatian" dan "salah pergaulan" ( mohon di perbaiki jika salah ). 

Kurang perhatian yang bagaimana? Misalnya di keluarga, mereka tidak mendapat perhatian dari orang tua sehingga mencari kenyamanan diluar yang kebetulan mendapat perhatian dari sesama jenisnya.

Salah pergaulan yang seperti apa? Saat ini pergaulan anak remaja semakin banyak jenisnya jangankan sesama jenis yang mulai terbuka di depan umum, hubungan seks bebas normal pun di paparkan di muka umum jadi tak heran jika banyak remaja yang salah pergaulan salah satu nya mencintai sesama jenis ini.

Kebanyakan dari mereka awalnya mereka "mungkin" mempunyai hobi yang sama, atau teman cerita yang semakin hari intensitas pertemuan semakin sering sehingga menimbulkan kenyamanan. 

Taukah kalian, mereka yang menjalankan hubungan sesama jenis memiliki emosional lebih tinggi terhadap pasangan dari kita yang normal.

For example, aku pernah tidak sengaja melihat pasangan sesama jenis yang lagi berdebat di jalan, sepertinya karna kecemburuan "si dia lelaki" dekat dengan perempuan normal, sehingga membuat "si dia yang berperan sebagai perempuan" meronta memaki dan melakukan hal yang tidak selayaknya dilakukan. Menyeramkan bukan.

Aku tidak menyalahkan hubungan sesama jenis karna pada dasarnya individu berhak memilih pilihan hidupnya sendiri. Mengekspresikan pikirannya. Dan menjalankan apa yang menurutnya baik. 

Menurut pandanganku sebagai 'nitijen'. Alangkah lebih baik di olah ulang dipikir ulang apa yang menjadi pilihanmu. Karna ketahuilah pergaulan tak sebatas yang kau pikirkan dan dunia tak hanya selebar dedaunan.

Senin, 06 Januari 2020

Kebersamaan Yang Tak Di Izinkan

Sebenarnya kalau diminta sharing tentang pacaran lama tapi gak jodoh itu masih agak sensitif tapi balik lagi, ya semua kan sudah di takdirkan 😆

Aku pribadi punya pengalaman sendiri tentang pacaran lama tapi gak jodoh. Jadi saat itu aku pernah berpacaran sama salah seseorang yang berakhir cukup tragis ( bagi yang mengikuti blog ku pasti tau ceritanya dari awal 😝 ) 

Kisah kami terhitung lumayan lama kurang lebih 4th, banyak yang bilang "lama lama mukanya mirip ya jodoh kali ya" atau bahkan "kemana mana bareng terus mudah mudahan sejodoh ya"

Rasanya mendengar penilaian orang tentang kisahnya kami saat itu 'cukup membuat bahagia' 
Setahun dua tahun berselang, kami jalankan selayaknya orang normal pacaran biasa, di tahun ketiga dan memasuki tahun keempat kami memutuskan untuk kejenjang yg lebih serius. 

Namun Tuhan tidak mengizinkan. 
Kembali lagi ke itu tadi semua sudah di takdirkan, bahwa kami ternyata tidak sejodoh. 
Lagian siapa yang berani melanggar kehendak?
Siapa yang bisa merubah semua?

Dari sana kami berdua khususnya aku belajar memahami sebenarnya apasi terjadi, kenapa bisa demikian. Dari semua kisah aku dan dia, aku bisa belajar tentang semua yang ku miliki hanya sementara. Termasuk pasangan hidup.

Tuhan mungkin tidak menjodohkan kami saat ini tapi 4th kebelakang sudah cukup bagiku memiliki dan memahami orang sepertinya.

Aku banyak dapat pelajaran dari sana. Bagaimana aku bisa mengerti karakter pasangan ku misalnya.
Dan bagaimana aku berperan selayaknya 'sebagai seorang calon istri'

Dari kisahku pula aku bisa mengambil hikmah yang luar biasa yaitu kedewasaan dalam menghadapi masalah besar dan sikap ke pasanganku selanjutnya.

Aku sudah bisa lebih memahami dan mengerti apa yang membuat pasanganku tak suka dan suka. Aku bisa lebih tau apa yang seharusnya ku lakukan, ketika masalah hidup terutama percintaan sedang menghadang hubunganku dengan pasanganku saat ini. 

So, pacaran lama tapi gak jodoh. Bukan hal yang buruk dan memalukan ketika kita bisa ambil pembelajaran dan hikmah di dalamnya.
Percayalah, Tuhan lebih tau mana yang pantas menjadi pasanganmu.